Hai dunia… kenalin namaku Jessy. Kini kesibukanku adalah
belajar. Ga ada hal yang lebih indah dari itu. Menjadi anak penurut yang selalu berusaha bawa nama baik ortu di
sekolah. Gimana enggak?
Aq adalah anak satu-satunya di keluarga ini. Meskipun begitu, dengan sikap
keras kepala ayah aq terdidik menjadi anak yang penurut dan gak neko-neko di
sekolah. Aq bukan anak dari golongan orang kaya, dengan notabene ayah q yang
seorang petani. Hidup yang susah membuatku lebih menghargai apa yang namanya
rupiah.
Sekarang aq duduk di bangku sekolah menengah kelas X.
Sebenernya kadang aq juga ngerasa jenuh tentang kehidupanku. Hanya berkutat
dengan sekolah dan membantu orang tua. Bukannya malas, tapi terkadang rasa
bosan itu muncul. Pengen deh ikut kayak anak-anak lain, main ke sana-sini sama
cowoknya. Seenggaknya kan itu bakal bikin otak lebih fresh. Tapi dengan
pemikiran ortu q yang masih kolot, mereka melarangku berpacaran. Dan sebagai
anak yang baik, tanggapanku adalah OK, aq turutin.
Itulah sedikit pengenalan tentangku. Gimana aq nemuin cowok
yang menjadi pacar pertama dan terakhir, check this out!
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pagi ini bener-bener sibuk. Gimana
bisa aq lupa kalau hari ini ada ulangan? Padahal semalaman aq cuman tidur
nyantai di rumah. Pikun q makin parah nii. Mana anak-anak gak ada yang
ngingetin lagi.. sial.
“tris, ke
taman yuk. Disini gak kondusif banget buat belajar.”ajak q pada Trisya di
kelas. Ia terlihat berusaha memahami isi bukunya sedari tadi.
“boleh deh.
Gue juga ga bisa nangkep isi buku kalo di sini”
Kamipun
berjalan beriringan ke taman sekolah. Hari masih cukup pagi untuk menunggu bel
masuk berdering. Seenggaknya ulangan di jam pertama masih nanti.
Saat kami sedang membaca serius,
kuliahat sekelompok anak cowok jurusan lain lewat. Mungkin mereka juga ada
ulangan, salah seorang cowok repot sendiri dengan tasnya. Tangannya tampak
mengaduk isi tasnya tanpa melihat jalan di depan. Kemudian ia mengeluarkan
sebuah buku dan mulai membacanya sembari berlalu. Akupun kembali berkonsentrasi
dengan bukuku. Tunggu, itu kayaknya ada baju? Bajunya cowok tadi kali yah?
Mungkin jatuh pas dia mengaduk-aduk tasnya. Nah trus gimana nih?
“udah yuk
balik ke kelas. Bel 5 menit lagi nih.” Ajak Trisya seraya menarik tangan ku.
“ok. Eh
bentar..” ucap q seraya jongkok mengambil baju cowok tadi. Aq berniat
memberikannya saat aq bertemu lagi dengannya. Kalo di tinggal mah, yang ada
malah ilang.
“itu baju
siapa Jess?” Tanya Trisya heran.
“tadi punya
kakak kelas jatoh. Udah yuk” akupun menarik tangan Trisya menuju kelas.
Ulangan hari ini menyebalkan. Semua
soalnya ga tuntas ku selesaikan, ini gara-gara pikiranku terpusat pada 1 soal
yang tak kunjung ketemu. Jadi waktuku abis deh buat mikir beberapa soal itu..
hm.. ya udah sii biarin ja, lain kali ga usah ngulangin.
“ke kantin
yuk? Laperrrr..” ajak q pada Trisya. Anak yang lain udah pada ilang duluan.
“he.em”
Udah laper gini, kantinnya penuh lagi. Tau gini kan mending
bawa bekal. Huh,,,
“Tris, kita
makan apa?” tanyaku menggamit tangannya agar kami tak terpisah karena
berdesakan.
“di tempat
biasa aja, ntar kalo rame kita balik” ujarnya.
Kami pun
melangkah menuju tempat bakso langganan kami. Tpi saat kami sampai disana tempat
makannya udah didudukin ama kakak kelas. Yah,,,ga jadi makan deh. Tapi yang
lagi makan itu?? Kayak pernah liat.
“tuh Tris
udah penuh. Udah yuk balik”mencoba mengabaikan siapa orang yang sedang duduk
itu.
“udah ga
usah balik. Biar kami nyari tempat lain” kakak itu menimpali. Oh dia itu,,,
yang bajunya jatoh tadi. Ia langsung beranjak pergi dari situ.
“eh kak,
tadi bajunya jatuh pas di taman, tpi masih di tas q di kelas.” Ujar q
menghentikan langkahnya. Ehm,,, matanya indah banget deh.
“oh,, ya
udah nanti aq ke kelasmu. Kelas berapa kamu?” tanyanya.
“X-A”jawabku.
“ok. Setelah
jam terakir selesai. Don’t go anywhere..”
“iya kak, n
makasi buat tempatnya.”
Ia hanya
menjawab dengan senyum lalu beranjak pergi membawa piring makannya.
“lo kenal ama kakak kelas itu?”
Tanya Trisya di tengah acara makan kami.
“enggak, dia
yang lewat pas kita belajar di taman tadi..” timpalku.
“o…” ia
tampak berfikir.
“udah ayo
makan. Bentar lagi jamnya masuk kelas ni.” Ujar q seraya menunjukkan jam tangan
padanya.
Siang itu, kakak kelas yang ternyata Bimo itu beneran ke
kelas. Pas waktu pulang, aq dan Trisya menunggunya. Ia hanya mengambil baju
itu. Yah baju kemeja yang ia katakan bahwa itu akan ia gunakan untuk manggung
di café. Dan ia mengundang kami makan di tempat kerjanya.
“wow..”
teriak Trisya kegirangan atas tawarannya.
“hehe… iya
kapan-kapan kalo kita lewat kak,”ujarku yang langsung disenggol Trisya.
“it’s ok”ia
pun pergi mengundurkan diri duluan…
“kok kmu
tolak sii? Kan lumayan makan gratis. Huh!” sungut Trisya.
“aq ga nolak
Tris, cuman saat ini waktunya emang ga tepat. Mending kita focus ke ujian
kenaikan kelas besok.”ujar q.
“e.. iya
deh” ucapnya berfikir sejenak.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Akhirnya genap 1 tahun. Ah,, kelar
juga aq d kelas X-A. yes.. Sekarang aq adalah siswa kelas XI-C. Untuk tahun
kedua ini memang setiap kelasnya diacak. Bukan karena urutan nama seperti kelas
1. Yah,, adaptasi lagi deh.
Oh iya, di kelas ini aq ketemu temen
lama. Temen SMP dulu sih, namanya Ricko. Dia itu bandel banget pas SMP. Tapi pas
Sma ini, dia ternyata ikut organisasi OSIS. Tobat kali nakalnya,hehe..
Ga kayak
temen SMP q lainnya, dia sejak aq masuk SMA rajin banget nyapa tiap ketemu.
Beda dengan tmen cowok lain yang udah kayak ga kenal gitu karena udah SMA. I
don’t care lah tentang itu. Ga tau kenapa, Ricko sama temennya Sandy suka
banget ngikut aq sama Trisya. Oh ya, aq kebetulan sekelas lagi sma Trisya. Dia
itu teman pertama aq pas di MOS.
“eh Jes kamu
mo makan apa? Biar aq traktir deh”seperti biasa, Ricko nawarin diri buat
nraktir.
“gue
enggak?” Tanya Trisya dengan nada ngambeknya.
“oh, tentu
aja lo juga. Kalian semua deh”Ricko menjelaskan.
“ga usah
deh, gue bayar sendiri aja. Kalo yang lain terserah,,,”
Maksud q
adalah Trisya sama Sandy aja yang di
traktir. Ga enak deh kalo dibayarin orang, jadi kayak ngerasa gimana,,, gitu.
Mending bayar sendiri lah.
Jam olahraga di kelas kami hari ini,
dan karena gurunya lagi rapat jadi kami bebas olahraga apa aja.
“eh Jes,
volley yuk?”ajak Trisya.
“boleh,
sekalian belajar dikit-dikit.”sebenernya nilai olahraga aq di volley
bener-bener buruk. Bola volley tuh keras. Eh kita disuruh mukul pake lengan
bikin biru doang yang ada.
“kalo
mainnya gitu ya ga bakal nyampe di lawan bolanya.” Ujar Ricko menghampiri.
“susah.
Sakit tau tangan q gara-gara tu bola” ujar q tak mau kalah.
“ya udah
sini tak ajarin.”Ricko merebut Bola di tangan q. “Sandy, lo main sama Trisya
deh sono”lanjutnya.
“ulurin
kedua tanganmu,” ujarnya. Aq Cuma mengikuti guru dadakan yang dengan baik hati
mengajari. Fiuh..
“perkenaan
bolanya tuh di sini.” Ia menunjuk lengan di atas pergelangan tangan q.
“terus,
genggamannya kayak gini”lanjutnya.
Ia
menggenggam tangannya dan menunjukkannya padaku.
“bukan kaya
gitu..” ia menarik tanganku dan membenarkan letak jariku.
“nah gini..”
ujarnya. “sekarang kita coba mukul bola.”
Aq Cuma bisa ngakak saat bolanya
beberapa kali mengenai badan Ricko. Bola itu sering kali melenceng ke sebelah
dimana Ricko mengawasi. Sedangkan iasudah beberapa kali mengingatkan bahwa bola
itu harus lurus ke depan. Padahal aq udah berusaha, bolanya aja yang ga bisa di
ajak kompromi.
Kesal dengan
hal itu, Ricko mengambil bolanya dan melemparkannya pada badanku. Sontak aq
lari. Dan kami pun berkejar-kejaran sambil saling menghantam bola volley.haha…
kayak anak SD deh jadinya. Setelah capek berolahraga, aq dan Ricko beranjak ke
kantin. Haus banget. Niatnya sih mau ngajak Trisya juga, tapi sepertinya ia
sedang asyik main volley sama Sandy.
“aq pop ice
melon bang.kamu rasa apa Jes?” Tanya Ricko.
“pop ice vanilla tanpa meses” tanpa aq
sadari ada orang di sebelah q dan mengucapkan pesannya sama persis. Kami
megucapkannya bersamaan.
“kok bisa
sa…hey kak?” ujar q menyapa setelah tau orang itu.
“iya yah,
hehe… kebetulan sama.”kak Bimo tersenyum ringan.
Hari ini
bener-bener melelahkan. Setelah pulang dari sekolah, kakiku langsung melangkah
ke kamar. Perlu istirahat yang cukup.dan yeah.. jam 4 sore baru bangun dari
mimpi. Saddap. Setelah mandi sore, aq beranjak ke depan tv.
“baru bangun
kamu nak?” Tanya ibu dari dapur.
“iya nih ma,
capek banget. Mama lagi apa?” Tanya q menghampiri.
“masak baso
ikan sama sayur bening.”
“oh.. sini
biar aq yang potong” ujar q yang langsung diberi pisau oleh ibu.
Titittutiit…
Suara
telepon mengganggu kami. “biar jessy yang ngangkat bu.”ujarku beranjak pergi.
“hallo?”sapaku.
“hai…”
“ini siapa
ya?”tanyaku
“aq Ricko.
Masak ga kenal suaraku si?” candanya.
“oh, hehe…
ya maaf. Dapet nomerku dari mana ko? End ada apa?”tanyaku beruntun.
“dapet dari
Trisya. Boleh dong sesekali nelfon? Hehe..”
“ya boleh
si, tpi lain kali mending ke nomer q aja. Ga enak sama ibu. Tuhdiliatin mulu.”
“ok deh,,
pan-kapan aq nelfon ke hp kmu langsung”
“e.. dah
dulu yak o, aq lagi bantuin ortu di dapur nii.. see you?”
“see you
too” aq segera menutup telepon dan menuju dapur.
“siapa
jessy?” Tanya ibu penasaran.
“temen. Ini
tinggal di rebus kan?” tanyaku melihat sayuran yang udah di potong.
Sejak saat
itu, aq dan Ricko sering contact.an. ibu juga tau, tapi dia ga bilang apapun.
Mm.. dia percaya sama aq kali.
Ga kerasa deh, sekarang dah liburan
semester. Di liburan kali ini aq ga kemana-mana, layaknya laburan biasa.tapi
kemarin Trisya bilang mending liburan di rumahnya. Seenggaknya di sana ada
kolam renang plus lapangan basket juga. Sip deh…
“bawa baju
ganti yah? Aq dah ngomong sama ortu. Ntar sore aq jemput jam 3.”ujarnya
langsung menutup telfonnya.
Jadilah aq
nginep di rumah Trisya. Kami melakukan banyak hal di rumahnya. Mulai dari masak
bareng plus maen ps bareng.
“maen basket
yuk di depan. Bete nih di rumah mulu.”ajakku.
“boleh juga.
Yuk deh.”jawabnya setuju.
Beberapa kali bolanya keluar rumah.
Padahal gerbangnya udah ditutup. Tinggi banget tuh bola mental.
“dah tu
giliran kmu yang ngambil. Dari tadi aq mulu.”ujar Trisya. Ia masuk ke rumah.
Katanya sii mau ngambil minum. Tak liat sebelah kiri, kok ga ada. Mental kemana
sii tuh bola. Pas aq nengok ke kanan, eh itu bolanya.tetep menggelinding ke
tengah jalan. Dengan segera aq berlari dan ngiiiiiiikk…
suara mobil di rem dari arah beralawan. Aq jatuh terduduk menyadari mobil itu
mendekat.hah,,, apa itu tadi mimpi? Gila. Aq masih mematung di tempat. Ga
percaya sama yang barusan berenti di depanku.kemudian sebuah tengan terulur
padaku..
“makanya
kalo jalan liat-liat.”ujarnya. suara itu? Aq seraya menoleh ke asal suara.
“kak
bimo?”tanyaku gak percaya. Ga tau kenapa tapi aq hafal banget sama suaranya.
Senyumnya juga.
“rumah kmu
disekitar sini?” tanyanya seraya menarik tanganku membantuku berdiri.
“enggak, aq
lagi nginep di rumah Trisya, rumahku mah di desa kak.”jawabku menjelaskan.
Rumah Trisya ini berada di perumahan kompleks yang cukup padat. Tapi dengan
sifat indifidual penduduknya membuat kampung ini sepi.
“oh,, eh
kamu ga luka kan?” Tanya kak bimo melihat keadaanku.
“enggak
kok.hehe..”
Kamipun
melanjutkan perbincangan di pos pertigaan sekitar rumah Trisya. Ia bercerita tentang
banyak hal termasuk rencananya melanjutkan studynya ke UGM.
Aq segera
kembali ke rumah Trisya. Ia sedang asyik dengan tayangan drama di depannya.
“dari mana
aja si? Kalo bolanya ilang mah ga usah di cari Jes”ungkapnya mengetahui
kedatanganku.
“ketemu kok,
eh ini buat aq kan?”tanyaku seraya mengambil segelas minum dan duduk di
sebelahnya.
“he.em. eh
liat deh tuh cewe, ganjen banget kan?” Tanyanya mengomentari drama tersebut.
“iya
sepertinya.”
“bukan
sepertinya lagi atuh Jess. Itu ma udah jelas.”dan perdebatan tentang drama
itupun dimulai.
Setelah liburan itu berakhir,
kesibukan sekolah kembali lagi. Semua kelas XII juga sama sibuknya. Ujian
nasional mereka semakin dekat.
“eh Jes,
kamu tadi dicariin Bu Umi, guru bahasa pas kelas X dulu itu.”ujar Trisya
setelah melihatku masuk kelas.
“oh ya? Ada
apa.an emang?”tanyaku.
“mana q tau.
Beliau Cuma bilang kmu d suruh ke kantor pas istirahat.”jelasnya.
“ok deh,
entar temenin ya?” tanyaku memohon.
“siap bos”ia
menampakkkan lesung pipinya.
Saatnya jam istirahat dimulai…
Suara sound
di kelas berbunyi. Semua berhamburan ke luar.
“Jess, ke
kanti yuk?”Ricko menghampiri mejaku dan mengajak ke kantin bareng2.
“sorry rick,
aq mesti ke ruang guru. Kmu duluan aja ya,,”tolakku secara halus.
“ok deh,,
duluan ya..” ujarnya kemudian berlalu pergi dengan Sandy beriringan.
Aq dan
Trisya segera melesat ke ruang guru.
Ujia nasional kelas XII telah
berlangsung, kini semua kakak kelasku itu pada libur.
“mm,,, moga
semua lulus, termasuk kak Bimo.”doa q sebelum tidur.hehe.. emang kelas XII yang
aq kenal Cuma kak BImo sii, termasuk kakak kelas dari SMP dulu juga. Moga lulus
semua deh.
Suara kokok ayam terdengar ngoceh
dari bapak. Bapak suka sekali memelihara ayam. Bahkan ia memandikan ayamnya
tiap sore. Ayam itu selalu berhasil membangunkanku di pagi hari dengan kokoknya
yang nyaring.
“jessy,
bangun saying.” Ujar ibu dari luar pintu kamar.
“iya
bu,,”ujarku segera masuk ke kamar mandi.
Setelah
selesai mandi, aq segera turun ke meja makan untuk melaksanakan ritual sarapan
pagi bersama ibu dan bapak.
“ujian
kenaikan kelas kamu kapan di mulai jes?”Tanya bapak masih serius dengan Koran
didepannya.
“1 bulan
lagi. Sekarang guru2 masih pada sibuk ngejar materi. Waktunya mepet.”jawabku
langsung melahap sendok dengan nasi goreng penuh.
“oh,,
belajar yang rajin. TV.nya dikurangi”ujar bapak menasehati.
“iya
pak,”kami melanjutkan sarapan dengan hening.
Hari ini sekolah berjalan seperti
biasa. Hanya saja tadi Bu Umi menemuiku di kelas. Beliau mengkonfirmasi bahwa
aq benarterpilih sebagai MC di acara perpisahan tersebut. Dan beliau mengatakan
bahwa daftar acaranya akan diserahkan besok.
Bakalan melelahkan nii. Harusnya
kana q sibuk sama ujian, dan sekarang perhatianku terbelah sama acara perpisahan
itu. Katanya tahun ini semua lulus 100%. Alhamdulillah, berarti kak Bimo lulus
juga kan yah, hm.. langsung ke jogja deh tu orang.jadi pengen ke UGM juga
jadinya, emang bagus sih tu universitas.
Seminggu penuh ini, aq dan anak2
lain yang terlibat dalam acara perpisahan itu sibuk latihan. Kami gladhi bersih
di gedung hotel beberapa kali. Tempat acara itu berlangsung, dan disana ketemu
kak Bimo. Tapi kami gak sempet menyapa karena kesibukan di ruang tersebut.
“jessy,bantuin
ibu bikin Brownies sini.” Kulihat ibu sedang berkutat di dapur setelah aq
keluar dari kamar siang ini. Apa sebaiknya aq bikini buat kak Bimo aja kali
yah, seenggaknya ngasih ucapan selamat atas kelulusannya kan gag papa.
“ok deh
bu.”ujarku menghampiri.
Setelah pagelaran perpisahan itu
berlangsung aq tak sengaja bertemu kak bimo di taman.
“oh, hey
kak.”sapaku menghentikan lajunya.
“hey Jessy,
kamu keren hari ini.”ujarnya.
“kakak juga,
eh ini. Kemarin aq bikin brownies sama ibu. Selamat ya kak atas
kelulusannya.”ujarku tulus seraya menyerahkan sekotak bekal berisi brownies
chocolate pada kak Bimo.
“thank’s.”ujarnya
seray mengambil brownis itu dari tanganku. “pasti aq makan!” lanjutnya
mengangkat brownisnya.
Kak Bimo mengantarkanku pulang. Aq
bilang sih ga usah, tapi dia ngotot. Aq kira dia bakal pulang sama ortunya dari
acara ini, tapi ternyata enggak. Ortunya beraada di Jogja. Di sini kak Bimo
tinggal bersama neneknya.
Sampai di rumah kami bertemu bapak.
Beliau sedang memandikan ayam kesayangannya. Kak Bimo turun memberi salam.
Setelah bercakap2 sebentar, kak Bimo ijin pulang. Ia ga mampir karena akan
segera berangkat ke jogja, begitu jelasnya.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Liburan kali ini tetep sama. Aq menghabiskan waktu di rumah
Trisya. Syukurlah, kami berdua naik kelas dengan nilai yang sangat memuaskan. Seenggaknya
menjadi 3 besar juara kelas udah cukup. Saat pengembalian raport kemarin, aq
gak sengaja ketemu kak Bimo. Ia sedang mengambil legalisir ijasahnya. Kami mengobrol
cukup lama siang itu. Yang aq bingung adalah, ia bilang bahwa kami akan segera
ketemu kembali. Hm,, ya udah lah. Aq gak ambil pusing soal itu.
Sebelum rapotan itu juga ada hal
yang ga bisa aq lupain. Ricko nembak aq.
“Jessy, aq
udah lama suka sama kamu. Sejak kita SMP malah.”ujarnya serius…
“mm..”aq Cuma
berdengung mendengarkan.
“dan aq baru
berani ngucapin ini sama kamu, kamu mau ga jadi cewek aq?”Tanyanya dengan wajah
tegang.
“maaf Ko,
tpi selama ini aq Cuma nganggap kamu sebagai teman,,,”
“kamu ga
perlu jawab ini sekarang, kamu bisa jawab besok atau lusa..”
“sekarang
atau besok, jawaban aq tetep sama. Maafin aq ya Ko?” ujarku masih menatap kupu2
yang sedang melintas. Kami berada di taman sekolah siang itu..
“kalo gitu,
kita tetep teman kan? Kamu ga bakal jauhin aq kan?” tanyanya.
“enggaklah. Kamu
tetep jadi temenku”
Dan sekarang kami tetep berteman. Hingga
kami lulus sekolah bersama. Ia melanjutkan sekolah di salah satu universitas di
Jakarta juga. Dan kami tetep berhubungan via telefon.
Dan kalian tau saat kak Bimo bilang
kami bakal ketemu? Dia bener-bener nepatin omongannya. Ia dating kerumah
bersama ortunya dari Jogja. Hari itu seminggu setelah hari kelulusanku. Keluarga
kami menerima kedatangan keluarga kak Bimo dengan tangan terbuka.
“kami
kesini, mau meminta putri bapak menjadi istri untuk anak kami..”ujar ayahnya
kak Bimo malam itu.
“saya sudah
tau Bimo seperti apa. Makadari itu, keputusan saya serahkan pada putri saya
sendiri.”
Kalo aq? Ya Cuma senyum-senyum aja,
ga ketemu kak Bimo aja udah kangen. Eh ini malah kak Bimo ngeliatin aq mulu. Hehe…
jadi malu…
Akhirnya kami sekarang bersekolah di UGM sama-sama. Tapi aq
sekolah di sini karena beasiswa. Kami beda jurusan disini. Meskipun begitu, kak
Bimo sering nungguin aq kalo mau pulang. Kami udah menikah, tapi kami belum kepikiran
soal buah hati. Karena sekarang, kami sedang focus mengejar cita-cita kami.
Aq ga pernah nyangka kalo ternyata
suamiku adalah kak Bimo, cowok yang baik hati dan sangat berbakti sama
orangtuanya. Aq bersyukur bertemu dengannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan jika anda ingin berkomentar, namun tolong menggunakan kata yang sopan atau dikosongkan juga boleh.. hehe :)